Tepung Terigu VS Tepung Hunkwe, Mana Lebih Rendah Glikemik?
Tepung terigu dan tepung hunkwe adalah dua bahan utama yang sering digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan adonan kue dan camilan. Meskipun kegunaannya sama, keduanya memiliki perbedaan dalam indeks glikemiknya.
Kegunaan Tepung Terigu dan Tepung Hunkwe
Tepung terigu, yang terbuat dari gandum, sering digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan roti, kue, pasta, dan berbagai makanan lainnya. Tepung terigu memberikan struktur dan tekstur hasil akhir mengembang dan elastis.
Tepung hunkwe, berasal dari pati kacang hijau, memberikan hasil akhir yang lebih kenyal dan lembut. Tepung ini sering digunakan pada hidangan seperti bubur, adonan cendol, kue tradisional dengan tekstur kenyal, puding, dan es krim.
Kedua tepung ini dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat berbagai jenis makanan, baik yang bersifat manis maupun yang gurih.
Indeks Glikemik Tepung Terigu dan Tepung Hunkwe
Tepung terigu memiliki indeks glikemik yang cenderung tinggi yaitu 70-85 (1). Artinya, makanan yang terbuat dari tepung terigu dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat setelah dikonsumsi.
Di sisi lain, tepung hunkwe memiliki indeks glikemik yang lebih rendah sekitar 25-31 (2). Tepung hunkwe mengandung jenis karbohidrat yang lebih kompleks daripada tepung terigu. Karbohidrat kompleks cenderung dicerna lebih lambat oleh tubuh. Tepung hunkwe juga umumnya mengandung lebih banyak serat daripada tepung terigu (3).
Keunggulan tepung hunkwe lainnya yaitu tepung hunkwe tidak mengandung gluten, sehingga dapat dikonsumsi oleh orang yang memiliki intoleransi gluten atau penyakit celiac
Dari perbandingan diatas, dapat disimpulkan bahwa hunkwe lebih baik daripada tepung terigu dalam hal indeks glikemik. Perbedaan tersebut menunjukkan pentingnya mengetahui IG suatu produk. Selain dari nilai IG, formulasi makanan juga dapat mempengaruhi nilai IG makanan tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai IG Suatu Makanan
Meskipun nilai IG suatu bahan dasar makanan sudah rendah, terdapat juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai IG produk akhir makanan tersebut (4).
Jenis gula yang digunakan, yaitu maltosa memiliki nilai IG lebih tinggi disbanding jenis gula yang lain.
Struktur dari pati, yaitu amilosa lebih sulit dicerna dibandingkan amilopektin sehingga nilai IG makanan dengan kandungan amilosa lebih tinggi akan memiliki IG lebih rendah.
Metode pemrosesan produk (karbohidrat), seperti penggilingan dapat mengganggu molekul amilosa dan amilopektin. Secara umum, semakin makanan banyak diproses, semakin tinggi IG-nya.
Komposisi gizi, yaitu konsumsi protein dan lemak dapat membantu mengurangi respons glikemik terhadap makanan
Cara memasak, yaitu semakin lama suatu makanan dimasak, semakin cepat gulanya dicerna dan diserap, sehingga meningkatkan nilai IG.
Tingkat kematangan, yaitu buah-buahan yang belum matang memiliki IG yang lebih rendah daripada buah yang sudah matang atau terlalu matang.
Uji indeks glikemik produk anda di Mbrio Food Laboratory. Dengan metode berstandar internasional serta laboratorium yang sudah terakreditasi, Mbrio Food Laboratory menawarkan layanan uji indeks glikemik yang akurat dan andal.
Daftarkan produk anda atau hubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut!
Referensi :
Comments