Makanan "Imunomodulator" Sebagai Penangkal Virus
Awal tahun ini, muncul suatu virus yang dinamakan 2019-nCov atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus. Terdapat dugaan bahwa virus korona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus korona juga menular dari manusia ke manusia. Sudah terdapat ribuan kasus yang telah tersebar di seluruh dunia, termasuk salah satunya Indonesia. Virus korona ini memiliki sifat seperti virus lainnya yaitu mudah menginfeksi tubuh manusia apabila sistem imunitasnya sedang lemah. Untuk itu, diperlukan beberapa makanan, suplemen dan juga olahraga yang teratur agar sistem imunitas tubuh meningkat.
Sistem imun adalah sistem yang sangat penting bagi tubuh untuk menghindari dan melawan berbagai penyakit. Keseimbangan sistem imun dapat dipengaruhi oleh faktor internal dalam tubuh dan faktor eksternal yang perlu dipertahankan untuk menjaga tubuh agar tetap sehat.
Sistem imun ini berkaitan erat dengan adanya antibodi. Antibodi merupakan protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang terfiksasi oleh antigen. Semua molekul antibodi terdiri dari dua untaian peptida pendek yang sama yang terdiri dari 230 asam amino, sedang yang terdiri dari untaian peptida (imunoglobulin) yang terdiri dari lima jenis yaitu IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE. Antibodi adalah protein globulin (imunoglobulin) yang bereaksi secara spesifik dengan antigen yang menstimulasi produksinya. IgM adalah antibodi pertama yang dibentuk dalam respon imun. IgM dibentuk paling dahulu pada respon imun primer dibanding IgG, karena itu kadar IgM yang tinggi merupakan petunjuk adanya infeksi dini. Bilamana antigen asing dikenalkan ke dalam hospes untuk pertama kalinya, sintesis antibodi IgM mendahului IgG (Braratawidjaja 2004).
1. Vitamin C
Vitamin C selalu dikaitkan manfaatnya dengan sistem kekebalan tubuh dan peranannya dalam pemulihan penyakit flu. Vitamin C atau dikenal juga sebagai asam L-askorbat adalah vitamin yang larut dalam air dan tidak disimpan oleh tubuh. Maka dari itu, untuk mempertahankan kadar vitamin C di dalam tubuh, manusia perlu mengkonsumsinya lewat makanan atau suplemen, tidak seperti hewan yang dapat memproduksi sendiri. Vitamin c ini mudah diperoleh dari buah seperti yaitu nanas, jeruk, kiwi, mangga, pepaya, dan sayuran seperti brokoli, kembang kol.
2. Santan
Contoh olahan makanan yang mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh yaitu santan yang berasal dari endosperma buah kelapa (daging kelapa). Endosperma buah kelapa (Cocos nucifera), mengandung berbagai macam zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, seperti asam laurat, magnesium, potasium, posfor, folat, seng, selenium, kalsium, tembaga serta vitamin C, vitamin E, dan vitamin K. Selain itu, santan atau endosperma buah kelapa ini kaya akan zat besi, dimana kandungan zat besi pada santan mencapai 22% dari kebutuhan tubuh sehari-hari. Adanya kandungan zat besi ini membuat tubuh mampu memproduksi sel darah putih yang dapat berperan sebagai antibodi didalam tubuh kita, sehingga dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh dalam menangkal virus yang menginfeksi saluran pernapasan, yang menyebabkan berbagai gejala selesma seperti batuk pilek (Sari 2017).
Tips: Namun perlu diingat bahwa santan yang diolah melalui proses pemanasan akan mengubah struktur asam-asam lemak yang menyehatkan menjadi asam lemak trans. Sehingga konsumsilah pangan yang mengandung santan tanpa proses pemanasan suhu tinggi dan waktu yang lama.
3. Ramuan Kombinasi
Selain santan tesebut, terdapat kombinasi jus herbal kombinasi bawang putih, jahe merah, jeruk nipis, cuka apel dan madu dapat menimbulkan efek imunomodulator. hal ini dipengaruhi oleh setiap kandungan dari jus tersebut yaitu ekstrak bawang putih pada dapat meningkatkan jumlah fagositosis (Tende et al. 2014). Pemberian ekstrak jahe dapat berpotensi meningkatkan aktivitas imunomodulator (Singh et al. 2014), ekstrak jeruk nipis dapat meningkatkan fagositosis pada leukosit (Harun et al. 2015). Asam amino yang terdapat di dalam cuka apel dapat menggantikan sel-sel yang rusak (Pranowo et al. 2005). (PART)
Daftar Pustaka:
Baratawidjaja, K. G., 2004, Imunologi Dasar, edisi ke-5, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Unive Pranowo,D. 2005. Alternatif Penerapan Produksi Bersih di Industri Pengelolaan Cuka Apel. Institut Pertanian Bogor.rsitas Indonesia, Jakarta.
Harun, Septama, Abdi, Jantan. 2015. Immunomodulatory effects of selected malaysian plants on the CD18/11a expression and phagocytosis activities of leukocytes. Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine.5(1) 48-53
Sari, A. (2017) “POTENSI ANTIOKSIDAN ALAMI PADA EKSTRAK DAUN JAMBLANG (Syzigium cumini (L.) Skeels)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 107-112. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/61.)
Singh, KS., Patel, JR. And Bachle, D. 2014. A Review on Zingiber officinale:A Natural Gift. Intertional Journal of Pharmacy and Biosciences.5(3)
Tende J.A, Eze, E.D, Muhammad Z and Daikwo O.A. 2014. Immunomodulatory activity of garlic (Allium sativum) in wistar rat.