Apakah Sampling yang selama ini dilakukan sudah benar?
Dalam industri pangan, pengawasan terhadap mutu dan keamanan produk menjadi hal utama yang harus diawasi terus – menerus. Untuk melakukan pemastian bahwa pengawasan berjalan dengan baik atau efektif, maka dilakukan pengujian laboratorium terhadap produk. Namun yang sering menjadi permasalahan adalah bagaimana cara mengambil sampel yang dapat mewakili lot/batch yang cukup besar ? Nah, apakah selama ini, pengambilan contoh atau proses sampling yang dilakukan di industri anda sudah benar?
Pengambilan contoh atau sampling dapat dilakukan untuk benda padat, maupun cair baik dalam bentuk curah maupun terkemas. Bentuk curah adalah bahan yang berbentuk serbuk, butiran atau cairan dalam tangki, sedangkan bentuk terkemas adalah padatan maupun cairan yang terkemas dalam kemasan satuan kecil. Kegiatan pengambilan contoh atau sampling ini bertujuan untuk mendapatkan contoh yang dapat mewakili suatu lot atau tanding. Berdasarkan tujuan, pengambilan contoh dapat dilakukan untuk tujuan inspeksi (menentukan penerimaan atau penolakan lot) dan untuk pengujian di laboratorium.
Lalu bagaimana cara pengambilan contoh yang benar ?
Personel yang kompeten. Dalam pengambilan sampel, tidak semua personil berkompeten untuk melakukan sampling. Perlu personil khusus yang terlatih dalam pengambilan contoh. Dengan mengikuti pelatihan pengambilan contoh, maka personil menjadi paham tata cara pengambilan contoh yang benar. Selain itu, personil yang bertugas melakukan sampling juga disarankan untuk mendapatkan sertifikat registrasi dari lembaga sertifikasi personil sebagai petugas pengambil contoh.
Metode atau standar pengambilan contoh. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa setiap sampel memiliki bentuk yang berbeda, yaitu berupa padat atau cair serta dalam kondisi curah atau terkemas. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode atau standar pengambilan contoh yang diacu. Ada beberapa metode maupun standar yang telah mengatur bagaimana tata cara pengambilan contoh untuk bahan atau produk baik itu umum maupun spesifik. Beberapa diantaranya yaitu teknik pengambilan contoh berdasarkan SNI, Military Standard, ISO dan standar pengambilan contoh spesifik produk.
Kegiatan terdokumentasi dan tertelusur. Seluruh kegiatan pengambilan contoh harus didokumentasikan dengan baik dan dapat ditelusur kembali. Proses pengambilan contoh diawali dengan membuat rencana pengambilan contoh yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan dan laporan. Penulisan dokumentasi serta penyimpanannya akan mempermudah proses penelusuran apabila ditemukan ada keraguan atau masalah lain yang berhubungan dengan sampel.
Dengan adanya personil yang kompeten, metode yang telah standar dan dokumentasi yang baik, maka kegiatan sampling dapat mencapai tujuan utamanya yaitu mendapatkan contoh yang dapat mewakili lot atau tanding.